Langsung ke konten utama

Jenis Pupuk Dan Urutan Pemupukan Kelapa Sawit

    Penggunaan pupuk anorganik yang terus menerus menyebabkan penipisan unsur hara tertentu ketika unsur hara tertentu kurang dalam pupuk anorganik yang diberikan sebagai pupuk kandang. Setiap unsur hara (N, P, K, Mg, dll) memiliki fungsi dan peranannya masing-masing, dimana fungsi dan peranan unsur hara yang satu tidak dapat digantikan oleh unsur hara yang lain, dan ketersediaannya di dalam tanah harus seimbang sesuai kebutuhan.
    Sinergi degradasi kimia, fisik dan biologi tanah semakin mempercepat kelelahan tanah dan kelapa sawit. Pemulihan tanah memakan waktu lama dan kelelahan tanaman disebabkan oleh interaksi negatif dari sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Masa pemulihan ini menghasilkan suatu siklus (track) dalam produksi TBS.

    Berdasarkan asumsi tersebut dan beberapa hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa pemupukan harus seimbang antara pupuk organik dan anorganik, bahkan karena pemupukan maka diperlukan penelitian yang lebih tepat mengenai pemupukan yang paling cocok. asumsi siklus. Saat ini perkebunan kelapa sawit harus ditinjau ulang dan ketepatan pemupukan sangat tergantung pada jenis tanah, umur tanah dan ketepatan dosis pupuk yang digunakan.

    Dijelaskan bahwa berbagai laporan tentang pemupukan kelapa sawit menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara musim kemarau/hujan dan pemupukan dalam produksi TBS.

    Pada musim kemarau, kekurangan air memperlambat fotosintesis tanaman, yang secara langsung mempengaruhi fotosintesis yang dihasilkan oleh tanaman.
    Pemupukan mengacu pada kenyataan bahwa pada musim kemarau efisiensi pemupukan menurun sekitar 70 persen, karena salah satu syarat terserapnya pupuk ke dalam akar tanaman adalah harus ada air, pupuk yang diberikan menguap dalam . kondisi kering. Dampak lain dari musim kemarau ini adalah kebakaran hutan atau tanaman kelapa sawit yang menimbulkan asap dan menghalangi sinar matahari yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit.
    Hal ini berakibat fatal bagi tanaman kelapa sawit, karena proses fotosintesis sangat lambat bahkan tidak terjadi sama sekali, karena fotosintesis membutuhkan sinar matahari.
    Kekeringan dan adanya asap tanah secara sinergis menurunkan efisiensi pemupukan, karena salah satu teori penyerapan unsur hara tanah adalah transpirasi, dimana penguapan menyebabkan air menguap dari tanaman. Sebagai pengganti penguapan air, tanaman menyerap air dari dalam tanah untuk menyeimbangkan tekanan turgor pada batang tanaman. Demikian seterusnya, tanaman juga menyerap pupuk yang diberikan ke tanah sebagai unsur hara tanah yang diserap oleh akar tanaman menyerap air, sedangkan penguapan benar-benar terganggu baik oleh kekeringan maupun kabut, sehingga efisiensi pemupukan sangat rendah.
Misalnya musim kemarau yang berlangsung dari bulan Februari sampai Maret atau sekitar 50 hari, atau sekitar 2 bulan, proses fotosintesis terganggu sekitar 40 hari. Jika tanaman kelapa sawit tidak berfotosintesis selama 40 maka dapat dipastikan siklus produksi TBS akan menurun secara signifikan selama enam bulan ke depan, penurunan TBS ini diperkirakan terjadi pada awal bulan September tahun yang sama.

    Manurung juga menyatakan bahwa kekeringan yang melanda perkebunan kelapa sawit memiliki lima akibat, yaitu:

(1) tidak menghasilkan bunga,
(2) kecenderungan menghasilkan bunga jantan,
(3) tingginya tingkat bunga patah karena pembungaan tidak sempurna. ornamen,
(4) penyerbukan tidak sempurna (fertilisasi negatif) menghasilkan polong atau pembentukan buah sangat sedikit,
(5) proses pematangan fisiologis bunga betina tidak tercapai sehingga menghasilkan bunga yang tidak normal sehingga menghasilkan banyak bunga.

    Namun perlu diperhatikan bahwa bunga jantan yang tinggi atau kegagalan penyerbukan bukan karena tanaman tersebut jantan, pada tanaman kelapa sawit cenderung menghasilkan bunga jantan karena faktor lingkungan dan pemupukan yang tidak sempurna.

    Hasil berbagai penelitian dan kajian menunjukkan bahwa kesuburan biologi, fisika dan kimia tanah dapat ditingkatkan apabila pupuk kimia dikombinasikan dengan pupuk organik. Karena sifat dan fungsi pupuk organik, maka penggunaan pupuk organik sangat dianjurkan untuk menyuburkan tanah (fisik = struktur, kimia = pH dan biologi tanah = mikroorganisme). Mengganti penggunaan pupuk kimia dengan pupuk organik juga menghemat 40 persen penggunaan pupuk kimia.

    Menurut Manurung yang berprofesi sebagai dosen tetap di Unri dan memiliki keahlian dalam bidang penanaman, pemupukan tanaman kelapa sawit memerlukan strategi untuk mencapai dan meningkatkan pemupukan sebagai berikut:

    Pertama, pemupukan dilakukan pada akhir musim kemarau atau musim kemarau. awal musim hujan atau Februari-Maret untuk penaburan I dan September-Oktober, sehingga siklus pemupukan hanya dalam setahun dua kali dalam enam bulan.

    Dua set pupuk TBM menurut jenis pupuknya adalah: Pupuk Organik - RP - Dolomit - Urea - MOP atau Kiesers - MOP - Organik.

    Ketiga, jenis pupuk yang akan digunakan sebaiknya menggunakan pupuk yang benar peruntukannya yaitu tepat takaran, tepat waktu, tepat cara dan tepat jenis.

    Keempat, pemupukan dilakukan dengan analisa yang cermat. Analisis yang cermat berarti menggunakan rekomendasi pemupukan sesuai dengan hasil analisis daun dan tanah, sehingga diperoleh informasi mengenai dosis pupuk yang diberikan berdasarkan kebutuhan tanaman atau paling tidak mengikuti model rekomendasi pemupukan yang sesuai dengan jenis tanah (tabel 1, 2, 3 dan 4).

    Kelima, pemupukan hanya dengan pupuk kimia (pupuk majemuk NPK atau pupuk individu lainnya) tidak menjamin produktivitas tanaman sawit tinggi. Oleh karena itu pemupukan dengan pupuk kimia harus diimbangi dengan pupuk organik.

    Keenam, cara pemupukan yang dianjurkan keenam adalah dengan menebarkan pupuk secara merata di tepi piring (bulat) sedalam 5 cm dan berjarak 1,0 - 1,5 m dari pangkal batang. Setelah itu lubang kotoran ditutup kembali.

    Ketujuh, sebaiknya pemberian pupuk yang berbeda-beda pada tanaman, ikuti anjuran.

    Telah diketahui bahwa berbagai hasil penelitian dan kajian menunjukkan bahwa kesuburan tanah, baik secara biologis, fisik maupun kimia dapat ditingkatkan apabila pupuk kimia dikombinasikan dengan pupuk organik. Kesuburan tanah yang meningkat mempengaruhi produktivitas tanaman (TBS) dan yang lebih jelas lagi, penggunaan pupuk organik dapat mengurangi dampak negatif produksi TRACK atau TBS jangka panjang pada kondisi normal yang tidak berbeda jauh dengan masa TRACK. (siklus).

    Penyebaran pupuk organik ini juga mengurangi penggunaan pupuk kimia (anorganik) seperti kajian PPKS Medan yang menebar 40 ton aplikasi tanda kosong sawit (TKS). 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkembangnya Perkebunan Kelapa Sawit di Kalimantan Tengah

    Pembangunan perkebunan kelapa sawit di Kalteng diawali pada tahun 1992 ialah, kala sebagian industri swasta membuka lahan di Kotawaringin Barat serta Kotim. Pembangunan perkebunan kelapa sawit ini diawalnya difokuskan di bagian Barat Provinsi Kalteng sehingga pada tahun 1995 daerah tersebut sudah siap penciptaan. Sedangkan di bagian Timur masih dalam sesi pembukaan lahan. Setelah itu ditahun 1998, terbentuknya perluasan secara besar- besaran di subsektor perkebunan sawit sampai 4 tahun setelah itu. Sebagian industri perkebunan sawit yang beroperasi merupakan PT. Astra Argo Lestari Group, PT. Asam Jawa Group, PT. Graha Group, PT. Salim Group, PT. Cahaya Mas Group, serta lain- lain. Tetapi, tidak ada satu juga industri kepunyaan negeri ataupun juga industri kepunyaan pemerintah wilayah muncul di situ. Bagi riset yang dicoba oleh JICA, pengembangan perkebunan kelapa sawit skala besar bisa dicoba di dalam serta dekat Danau Sembulu. Perihal ini sebab kawasan relatif datar, tanahnya sang

Bibit Sawiit Unggul, Varietas Sriwijaya

Bibit DxP Sriwijaya merupakan benih kelapa sawit unggul hasil dari riset serta pengembangan PT Binasawit Makmur( BSM) semenjak tahun 1994. DxP Sriwijaya mempunyai kemampuan superior dalam pembuatan tandan, unggul dalam ekstraksi minyak, toleran terhadap cekaman biotik dan abiotik, serta persen kontaminasi non tenera yang rendah. Menyesuaikan diri yang tinggi terhadap area( tahan kekeringan); seragam( kontaminasi dura sangat rendah); cepat produksi( panen perdana usia 26- 30 bulan); perkembangan meninggi lambat(<41 centimeter/ tahun); kerapatan tinggi( Standar Pokok Per Ha, SPH 143; produktivitas tinggi( TBS 28ton/ Ha/ tahun).  Politeknik Sampit membuka akses serta kesempatan seluas- luasnya buat program kemitraan baik dengan Dunia Industri, Pemerintah serta Warga yang pasti saja mempunyai akibat Positif untuk kemajuan wilayah pada spesialnya. Tidak hanya program pembibitan, Poltek pula mempunyai program Plasma Vokasi ialah kerjasama pemanfaatan lahan tidur kepunyaan warga, buat

Pupuk Sawit NPK Untuk Sawit Baru Tanam

     Pemupukan bisa diartikan pada beberapa hal diantaranya jenis pupuk, rotasi pemupukan sawit, metode pemupukan, dan supervisi mutu pupuk sawit. Jenis pupuk yang dipakai dikenal 2 golongan, yaitu pupuk anorganik yang terdapat 2 jenis, pupuk tunggal seperti Urea, TSP & KCL dan bubuk beragam seperti NPK, dan pupuk organik seperti kompos.      Untuk bisa memberi produktivitas dan kualitas produksi sawit yang tinggi, ada 5 tips yang tepat dalam pemupukan yakni : Tepat jenis, sesuaikan pupuk sawit menggunakan unsur hara yang diharapkan flora. Tepat dosis, aplikasikan pupuk dalam flora sawit yang sinkron menggunakan anjuran agronomis/PPL setempat. Tepat waktu, sesuaikan hadiah pupuk sawit menggunakan hara pada tiap fase pertumbuhannya, mulai dari pembibitan (nursery), sawit belum menghasilkan (TBM), dan sawit telah menghasilkan (TM). Tepat cara, ikuti petunjuk pelaksanaan yang tertera dalam kemasan (dibenamkan/disebar) supaya hara terserap dengan lebih maksimal. Tepat sasaran, pelajari