Kelapa sawit merupakan tanaman tropis sehingga sangat cocok ditanam di Indonesia. Namun, reklamasi lahan yang luas terkadang merusak ekosistem hutan alam Indonesia. Selain itu, minyak sawit membawa Indonesia ke kancah dunia dalam produksi VCO (Virginia Coconut Oil). Oleh karena itu, untuk meningkatkan hasil, perlu dilanjutkan dengan pengembangan yang berkaitan dengan budidaya tanaman kelapa sawit.
Pupuk merupakan salah satu faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas produksi buah kelapa sawit. Ya, hampir semua tanaman membutuhkan pupuk. Tanaman kelapa sawit memiliki beberapa jenis pupuk yang harus diberikan untuk menghasilkan buah kelapa sawit yang lebih berkualitas. Berikut adalah beberapa pupuk perangsang buah sawit yang harus Anda pelajari sebelum mulai menanam kelapa sawit.
1. Pupuk Organik Bokashi
Pupuk bokashi yang sudah jadi mengandung unsur hara lebih banyak dan lebih mudah diserap oleh akar tanaman. Selain itu, keberadaan EM mencegah pertumbuhan mikroorganisme patogen pada bokashi. Bokashi padat harus mengandung unsur makro dan mikro sekaligus. Unsur hara tersebut sangat berguna dalam memberikan unsur hara sepanjang siklus hidup tanaman kelapa sawit.
Aplikasi pupuk organik sebagai pupuk dasar dan harus diulang kurang lebih 6 bulan sekali. Untuk tanaman kelapa sawit, sebaiknya bokashi dibuat dari pupuk kandang yang dicampur dengan kompos.
2. Fosfor (Phospat)
Pupuk berikutnya yang harus tersedia pada saat pemberian pupuk utama adalah fosfor (fosfor). Fosfor merupakan makronutrien yang berperan penting dalam proses pertumbuhan kelapa sawit. Fosfor merangsang akar telapak tangan yang kuat. Selain itu, juga dibutuhkan untuk pembungaan selanjutnya.
Contoh pupuk yang mengandung fosfor sebagai pupuk dasar adalah SP-36. Sehubungan dengan pembungaan, pupuk fosfat cair, seperti agrofos, harus digunakan.
3. Pupuk Kalium
Unsur Kalium juga merupakan unsur hara makro yang penting bagi tanaman. Kalium berperan dalam proses pembukaan dan penutupan stomata untuk menguapkan air. Selain itu, potasium juga bermanfaat untuk menebalkan dinding sel dan merangsang sistem pertahanan alami tanaman. Kegunaan kalium lainnya adalah untuk proses pembentukan buah dan sekaligus meningkatkan kualitas buah itu sendiri. Tanaman kelapa sawit yang cukup kalium memiliki batang yang kuat dan buah yang tebal dan berat.
Pupuk kalium diberikan bersama dengan pupuk dasar bersama dengan pupuk organik dan pupuk fosfat. Kalium juga harus diulang, terutama saat musim kemarau dan saat buah kurma mulai terbentuk. Sumber pupuk kalium sangat berbeda, mis. KCL, KNO, MKP, dll.
4. Pupuk Mikro Pengaktifan Tanaman
Pupuk Mikro adalah pupuk majemuk yang mengandung berbagai unsur kelumit seperti Mn, Cl, Mo, B, Cu, Fe, dan lain-lainnya. Peran unsur mikro sangat penting dalam proses metabolisme tanaman dan mengaktifkan beberapa senyawa kimia dalam jaringan tanaman, seperti enzim dan hormon, oleh karena itu pupuk mikro sering disebut aktivator tanaman.
Meskipun dapat digunakan sebagai pupuk dasar, pupuk mikro sebaiknya tidak diberikan di awal, setelah tanaman berumur tua, pupuk mikro dapat disemprotkan 1-2 kali dalam sebulan.
Penyemprotan dapat lebih intensif pada saat kelapa sawit memasuki masa reproduktif (berbunga). Hal ini diharapkan dapat menghasilkan lebih banyak buah sawit. Contoh pupuk mikro adalah Primarin-B dan YaraVita Complex.
5. ZPT (Zat Pengatur Tumbuh)
Meskipun pemupukan dilakukan dengan baik, kita juga harus memberikan stimulasi ZPT untuk merangsang lebih banyak pelepasan buah kelapa sawit. ZPT telah lama dikenal sebagai zat yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
ZPT yang paling cocok untuk tanaman kelapa sawit adalah auksin dan giberelin. ZPT Auksin berperan dalam memacu pertumbuhan dan pembentukan bunga, sedangkan ZPT Giberelin berguna pada fase reproduksi yaitu. selama berbunga.
Tanaman kelapa sawit yang disemprot dengan giberelin menghasilkan lebih banyak buah daripada tanaman kelapa sawit yang tidak distimulasi dengan zpt giberelin. Pemberian pupuk perangsang buah harus dilakukan sesuai dengan tahapan perkembangan tanaman kelapa sawit itu sendiri. Dalam kasus pupuk organik, ini tidak memerlukan dosis, tetapi dalam kasus pupuk anorganik, dosis yang direkomendasikan oleh produsen harus diikuti.
Komentar
Posting Komentar